Friday, March 29

Ketika Simbol Meracuni Pemikiran Manusia

Apa yang anda lakukan ketika melihat sebuah bangunan, tempat-tempat bersejarah atau benda-benda disekitar kita berbentuk menyerupai sebuah simbol keagamaan?

Apakah anda hanya diam saja, dan membiarkan hal itu terjadi, karena merasa itu bukan dari simbolis keagamaan? Ataukah anda merasa geram ketika melihat itu dan berusaha untuk menyangkut-pautkan kejadian ini sebagai bentuk simbolisasi dari agama tertentu?

Dikutip dari akun instagram tirto.id yang memposting tentang ke-alergian terhadap simbol yang mirip dengan salib menjadi sebuah alasan bagaimana masyarakat menilai sebuah agama yang ada dalam negara ini. Di sini, yang menjadi keheranan adalah kok bisa sih ada pemikiran seperti itu.

Mengapa hal-hal yang seperti itu dan sudah berlangsung begitu lama dalam kehidupan masyarakat, menjadi sebuah alat untuk memecah belah persatuan kita? Dimanakah letak toleransi kita sebagai Bangsa Indonesia kalau sedikit-sedikit semua hal disangkutpautkan dengan simbol agama? 

Indonesia merupakan negara dengan begitu banyak keanekaragaman budaya, suku, agama, dan lain-lain, yang dipersatukan dalam sebuah ideologi bangsa yaitu, Pancasila.

Toleransi dan sikap menghargai antar agama, suku dan budaya menjadi sesuatu nilai yang khas, dan diakui oleh semua negara sebagai sikap yang telah mendarah-daging dalam setiap masyarakat Indonesia. Tetapi, ketika itu semua dijadikan alat untuk permainan politik, jelas sudah konsep toleransi dan sikap menghargai antar umat beragama tidak berlaku kembali.

Memang ada beberapa daerah yang masih memegang kuat toleransi dan sikap menghargai antar umat beragama sebagai ciri khas mereka. Tapi bagi kita yang sekarang ini hidup dalam jaman millennial ini, masih adakah hal itu dalam diri kita? Ataukah karena permainan politik, pemikiran akan toleransi dan sikap menghargai hanya sebagai embel-embel belaka? 

Hal ini bukan kali pertama muncul dalam kehidupan kita. Sudah banyak hal-hal lain yang mengatas-namakan agama sebagai sarana untuk menggoyahkan ideologi kita. Kalau hal semacam ini terus berlanjut, apakah mungkin negara Indonesia ini masih dikenal sebagai negara yang majemuk? Atau kah berubah menjadi Negara yang hanya memberlakukan satu agama menjadi agama nasional?

Di sini, kita harus kritis dengan klaim-klaim tersebut. Jangan sampai hal itu menjadi dasar pemikiran kita tentang konsep agama dalam negara yang berkembang ini. Lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah diam saja? Atau mulai menyadarkan kembali kepada masyarakat tentang konsep agama yang sesungguhnya? 

Semua agama, jelas memiliki simbol-simbol tertentu yang digunakan sebagai ungkapan dari pemahaman manusia akan iman yang menjadi sebuah kepercayaan manusia itu sendiri. Tetapi itu bukan menjadi sarana untuk menjatuhkan agama-agama lain.

Walau ada agama yang menjadi mayoritas, hendaknya menghargai yang minoritas, bukan dengan seenaknya sendiri memakai haknya sebagai agama mayoritas lalu menindas yang minoritas.

Ingat! Negara ini bisa merdeka sampai saat ini, bukan hanya pada satu kalangan saja, tetapi dari banyak kalangan yang ikut berpartisipasi. Jika merasa diri anda adalah manusia yang mempunyai hati nurani dan kepedulian, hendaknya memandang ini sebagai suatu refleksi diri kita akan pemahaman toleransi dan sikap menghargai sebagai landasan untuk hidup dalama masyarakat yang manjemuk ini.   

Yeremia Tirto Wardoyo Saputro 

Sumber:

https://tirto.id/mengapa-ada-orang-alergi-terhadap-simbol-mirip-salib-de1W

Loading

Bagikan :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *